Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Awalnya Aku Menjadi Seorang Gay

Menjadi Gay bukanlah sebuah pilihan, melainkan takdir yang telah ditentukan oleh tuhan yang maha kuasa. Aku tidak bisa membantah atas apa yang terjadi denganku saat ini, aku menggangapnya sebuah anugerah terindah dalam hidup, karenanya aku bisa merasakan perbedaan.

AWAL MERASAKAN ADA YANG BERBEDA
Pertama kali merasakan jatuh cinta adalah ketika berada di bangku sekolah dasar, pada saat itu mungkin kelas dua. Aku berusia sekitar delapan tahun namun aku bisa merasakan apa itu "suka" terhadap seseorang, tapi itu bukan lawan jenisku, melainkan aku menyukai teman laki-laki.

Setiap kali berada didekatnya, jantung terasa berdebar., saat itu aku belum mengganggap itu sebuah cinta, karena memang tidak tahu apa itu cinta, hanya sebatas "suka" atau kagum lebih tepatnya.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari bahwa aku berbeda dengan kebanyakan teman laki-laki di sekolah, banyak diantara teman-teman sekelas mengolok-olok dengan kata yang tidak pantas, banci, bencong, sudah menjadi makananku sehari-hari di sekolah.

Terkadang aku merasa lelah dengan perkataan seperti itu, hingga pernah suatu ketika terpuruk karena terlalu memikirkannya.

MENEMUKAN IDENTITAS DIRI
Sekolah menengah pertama mulai mengenal sedikit demi sedikit siapa diri ini, aku merasa perasaan suka terhadap laki-laki semakin kuat, aku pun mengenal istilah "ketidak normalan" pada orientasi seksual, seharusnya seorang laki-laki akan menyukai seorang perempuan, tapi itu berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat dengan keadaanku.

Aku terlalu mudah untuk jatuh cinta, aku mulai bisa membedakan mana seorang yang tampan dan mana yang tidak, dan jika itu tampan menurutku, maka akan mudah jatuh hati kepadanya.

Ternyata inilah indahnya merasakan cinta, berdebar dikala melihatnya, berkomunikasi dengannya, bahkan menyentuhnya yang mungkin menurut dia adalah sentuhan canda, namun tidak bagiku.

KEHIDUPAN TIDAK SEINDAH JATUH CINTA
Musuh terberatku pada waktu itu adalah perkataan kasar yang terlempar, aku tidak menyalahkan mereka yang mengatakanku banci dan sebagainya, aku mengakui jika memang diri ini berbeda dengan laki-laki lain, aku kemayu dalam berbicara.

Aku tidak jahat, aku hanya seorang insan yang memiliki rasa cinta. Namun dimata mereka rasa ini salah.

Pada masa SMA semua sama saja, mereka mengolok-olok tentang apa yang ada pada diriku. Meskipun mereka tidak tahu aku ini seorang gay, tapi tetap hati ini terasa sakit jika harus menerima perkataan yang tidak menyenangkan.

Aku kira sekolah menengah atas akan berbeda dengan SD atau SMP, nyatanya sama saja. mereka memikirkan apa yang menurut mereka benar, tanpa memperdulikan perasaan orang lain.

Pada masa SMA pun aku mencoba untuk memiliki kekasih seorang wanita, agar kelak bisa kembali normal seperti yang seharusnya. Aku menjalani hubungan yang lumayan lama, sekitar empat tahun. Tapi itu tidak menghasilkan apapun, aku tetap memiliki perasaan terhadap pria.

BERADA DI TITIK ITU
Memutuskan untuk rehat sejenak dalam menjalin hubungan dengan kekasih wanitaku, ya aku sekarang sudah duduk dibangku universitas. Mungkin pencarian jati diri dimulai sejak saat ini.

Kuliah sambil bekerja memang tidak mudah, mungkin ini akan mengalihkan perasaan yang salah ini. Namun kenyataannya tidak, aku mulai mengenal dunia luar melalui sosial media. Menjalin pertemanan dengan sesama gay mungkin aku tidak merasa sepi, aku tidak sendirian.

Hingga pada saatnya bertemu dengan seorang pria yang sama sepertiku, aku tidak sadar terjerumus dalam ikatan yang tidak wajar ini, namun entah mengapa ini indah ya tuhan.

Hubungan aku dengannya tidak begitu lama, hanya terjalin selama enam bulan. Aku berdosa telah melakukan ini semua, mungkin jika keluarga atau kerabat tahu ini, mereka akan merasa jijik. Tapi tuhan tetap menjaga rahasia terbesarku ini.

TETAP MENJALANI HIDUP
Saat ini aku tetap menjalani kehidupan yang tidak bahagia, menjadi manusia bertopeng, menutup segala kebenaran yang ada dan membuat drama kehidupan.

Kehidupanku tidak sesimpel itu, semua belum berakhir begitu saja, ada dimana aku berada dititik terendah dalam hidup, dan berpikir mengakhiri hidup adalah jalan terbaik.

Semoga dengan menulisnya disini, aku bisa merasa lega. Curahan hati tersampaikan kepada mereka yang sama-sama berjuang seperti aku.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement