Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Hasrat Menyukai Sesama mulai Ketika Masuk Pesantren

Menjadi seorang Gay di Indonesia tidaklah mudah,banyak  stigma negatif  juga kecaman dari masyarakat. Padahal menjadi seorang gay bukanlah sebuah pilihan,melainkan takdir yang tidak pernah diharapkan.

Aku adalah seorang yang tumbuh menjadi gay, aku telah menyadarinya sejak kecil,bahkan sejakumur delapan tahun. Iniadalah kisahku ketika menuntut ilmu di sebuah pondokpesantren,ya ini adalah ceritaku. [homophobic alert]

Pertama kalimasukpesantren sekitar umur lima belas tahun, kalaitu sekitar tahun 2007. Rasanya sedih sekali jauh dari keluarga, tidak terbiasa dengan lingkungan baru dan aku pun boleh dibilang seorang yang kurang padai dalam bersosialisasi. Tap harus bagaimana lagi, keluargaku adalah keluarga yang religius yang mewajibkan anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan di pondok pesantren.

Awal masuk ke sebuah pesntren bak masuk ke sebuah penjara bagiku, walaupun tidak tahu bagaimana rasanya penjara itu. Disini semua santri diajarkan kedisiplinan,apalgi mengenai waktu shalat, jika saja santri masbuk (telat shalat berjamaah, tertinggal beberapa rakaat) maka hukumannya adalah pukulan dibagian betis menggunakan sebuah kayu.

Namun itu bukanlah hukuman terberat, hukuman terberat yang pernah kulihat dan dirasakan adalah jika santri diketahui menyukai sesama jenis.

MENYUKAI TEMAN SENDIRI
Satu tahun sudah aku berada di pondok pesantren, ternyata tidak seburuk apa yang dipikirkan sebelumnya, entah terasa seperti biasa menjalani kehidupan atau mungkin aku yang sudah terbiasa, bedanya disini keluarga adlah teman-teman kita sendiri.

Hidup bersama dengan mereka sudah melekat dalam keseharian, belajar,makan, tidur dan bahkan mandi pun dilakukan bersama, mandi disini bukan dalam artian telanjang bulat, namun masih mengenakan celana pendek atau sarung, karena santri masih menghormati norma agama soal aurat walaupun itu sesama laki-laki.

Pada awal-awal aku tidak merasa bahwa aku menyukai temanku ini, namun pada suatu ketika aku mulai erasakan gejolak asmara yang begitu menggebu. Aku mulai menyukai salah satu teman yang masih satu asrama.

Entah mengapa aku mulai berhasrat kepadanya, dan rasa itu semakin menggebu-gebu jika sudah berada didekatnya. Masa ABG adalah masa dimana masa transisi antara anak-anak menuju remaja, dan sepertinya itu terjadi kepadaku.

Semakin lama rasa itu semakin besar, dan aku hanya bisa menahannya, akupun mulai menyukai beberapa teman lainnya, mayoritas adalah yang berusia diatasku, aku mengganggap mereka kakak, dan aku seperti terlindungi diantara mereka.

MELAMPIASKAN HASRAT
Setiap malam tiba, hati mulai tidak merasa tenang. Mengapa rasa hati ini ingin sekali merasakan sensasi yang justru menjadi sebuah larangan. Di pesantren, khususnya di asrama laki laki, semua boleh tidur dimana mereka suka, jika santri menempati asrama A, maka boleh tidur di asrama B, bahkan mayoritas santri tidur di mesjid yang menurut mereka tempat paling nyaman.

Awal pertama kali aku melakukan kontak fisik dengan orang yang disuka ialah pada saat dia tidur, aku mulai melakukan sentuhan dibagian terlarangnya. Ya tuhan, aku tahu aku berdosa, tapi hasrat ini rasanya begitu menggebu.

Aku hanya melakukan hal ini pada orang yang menurutku sesuai dengan seleraku, aku bahkan hingga melakukan hal ini di mesjid saat tengah malam juga cahaya lampu dimatikan, mungkin sebanyak lebih dari tiga pria yang selama ini aku lampiaskan hasrat terlarang ini.

MULAI MENGETAHUI JATI DIRI
Saat kejadian kejadian itulah yang membuatku sadar ternyata aku itu berbeda, aku akui itu. Mereka yang masih remaja selalu membuat lelucon terhadapku, sungguh ini ujian terberatku. Ada suatu ketika rahasia ini terbongkar dan aku menjalani hukuman. Aku akan bercerita di artikel lainnya

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement